Friday, 26 May 2017

Contoh Pengkondisisch Klasikal Dalam Belajar Forex

Konditionierung Lernen yaitu peristiwa belajar melalui pengkondisian. Prosés belajar pengkondisianischen menitikberatkan pada belajar assosiatif. Membuat suatu asosiasi atau hubungan baru Dari Dua Peristiwa Adalah Bentuk Belajar Yang Paling Dasar. Para ahli psikologi membedakan belajar asosiatif dalam bentuk pengkondisisch klasikal dan pengkondisian operan. Tokohnya antara lain Pavlov dan Skinner. Istilah 8220klasikal8221 berasal dari eksperimen 8220klasik8221 yang dilakukan von Ivan P. Pavlov (1849-1936). Pavlov seorang psikolog Rusia Yang memperkenalkan konsep pengkondisian dan mengemukakan prinsip-prinsip utama dalam pengkondisian klasik. Pengkondisian klasik juga sering disebut dengan Befragter Anlage karena organisme semata-mata hanya sebagai 8220penerima8221 proses pengkondisian, dengan kata Yang gelegen mengontrol proses pengkondisian adalah eksperimenter. 1. Dasar-dasar pengkondisian klasikal Inti Dari pengkondisian klasik adalah pemasangan Stimulus Yang Benar-Benar netral dengan Stimulus Yang Secara alami menghasilkan respon tertentu. Stimulus yang pertama disebut unbedingter Stimulus (US). Atau Stimulus tidak bersyarat yaitu Reiz Yang menimbulkan respon Yang sifatnya alami Yang disebut unkonditionierten Reaktion (UR) atau respon tidak bersyarat (misalnya, anjing Melihat makanan Akan melakukan respon mengeluarkan Luft liur). Stimulus Yang Kedua Erkrankung stimuliert (CS). Atau Stimulus bersyarat, yaitu Stimulus Yang menimbulkan respon khusus. Respon yang disebabkan oleh konditionierte Stimulus Krankheit konditionierte Reaktion (CR) atau respon bersyarat. Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam, maka lebih dahulu kita meninjau penelitianischen yang dilakukan oleh Pawlow. Dalam penelitiannya, Pavlov memasangkan Anregung suara dengan Anregung makanan yang diberikan kepada anjing sebagai subjek penelitian. Pavlov mengharapkan anjing dapat merespon Anregung suara dengan mengeluarkan Luft liur (Speichel). Dimana pada kondisi alami, Anregung suara tidak akan mendatangkan respon pengeluaran Speichel. Dengan antworten keluarnya Speichel karwena Anregung suara, berarti anjing telah melakukan belajar pengkondisian klasikal. Dari hasil penelitiannya, Pavlov menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar pengkondisian klasikal dapat diterapkan kepada organisma-organisma dan perilaku-perilaku Yang bervariasi.160 2. Teori-teori pengkondisian klasik 160Menjelaskan dan memberikan Suatu aturan tertentu dalam pengkondisian klasik, serta menjelaskan proses Yang terjadi. a) Subtitusi Stimulus 160Pemasangan CS dengan US menyebabkan CS dapat Menjadi pengganti atau substitusi bagi Stimulus tak bersyarat (US) dalam menimbulkan respon. Die Suche ergab keine genauen Treffer. Jadi dalam otak terdapat dua bagian. Bagan yang satu mengolah CS dan yang lage mengolah US. Pengaktifan Vereinigten Staaten akan menimbulkan refleks atau respon. Oleh karena itu pemberian von CS akan mengaktifkan US von menimbulkan refleks atau respon. B) Informieren Sie als EkspektasiPengharapan 160Dalam teori ini, CS dianggap sebagai sinyal bagi US. Jadi bila CS diberikan, organisme mengharapkan Vereinigte Staaten von Amerika yang diharapkan akan muncul. Beutel, Beutel, Beutel, Beutel, Beutel, Beutel, Beutel, Beutel, Beutel, Beutel, Beutel, Beutel, Beutel, Beutel. US membawa pengalaman Yang menyenangkan dan disimpan DALM memori, misalnya Luft liur anjing keluar saat bel dibunyikan, karena anjing masih ingat bahwa setelah Bunyi bel Akan Muncul makanan, sehingga dengan mendengar Bunyi bel anjing sudah bereaksi mengeluarkan Luft liur sebagai antisipasi atau persiapan munculnya makanan. 3. Zusammenfassungsintervall Pemasangan 160Ada 5 metode dalam memasangkan CS dan US, yaitu: a) SIMULTANE KONDITIONIERUNG 160CS dan US diberikan serentak pada saat yang sama. B) VERZÖGLICHE KONDITIONIERUNG 160CS dahulu diberikan, baru kemudian diikuti US dan berakhir bersama-sama. C) TRACE KONDITIONIERUNG 160US diberikan lebih dahulu, diberi tenggang waktu, baru kemudian US diberikan. D) RÜCKSEITIGE KONDITIONIERUNG 160US diberikan lebih dahulu baru kemudian diikuti CS. E) TEMPORAL KONDITIONIERUNG 160Penyajian CS dan US tidak tentubervariasi, kadang-kadang US dahulu, kadang-kadang CS dahulu. Dari kelima pengkondisian di atas, yang terbaik adalah proses VERZÖGERTE KONDITIONIERUNG karena proses berlangsungdengan tetap dan mempercepat terbentuknya CR. Waktu yang ideal untuk menunda berdasarkan Peneliter Kimble (1967) adalah antara 0,5 sampai 30 detik. Sedangkan proses yang paling buruk adalah RÜCKSEITIGE KONDITIONIERUNG karena tidak membantu atau melatih timbulnya belajar assosiasi antara CS dan US sehingga CR tidak cepat terbentuk. 4. Pemadaman (Extinktion) dan Pemulihan Spontan (Spontanheilung) 160Bila respon bersyarat (CR) Telah terbentuk, maka apa yang akan terjadi bila Stimulus bersyaratnya (CS) tidak lagi dipasangkan dengan Stimulus tak bersyarat (US), yang akan Muncul adalah pemadaman ( Aussterben) yaitu melemah atau hilangnya respon bersyarat (CR) yang telah terbentuk. Contohnya dalam penelitian diatas adalah bila Lampu atau Bunyi bel (CS) diberikan tanpa diikuti dengan munculnya makanan (US), maka Luft liur anjing Yang mengalir Segera setelah Lampu atau bel dibunyikan (CR), Secara bertahap Akan menghilang atau Luft liur anjing tersebut tidak Akan Mengalir bila ia melihat leuchtum atau mendengar bunyi bel. 5. Generalisasi Stimulus dan Diskriminasi 160Anjing Telah melakukan generalisasi Bunyi bel dengan Bunyi-bunyian Lain sehingga Bunyi-bunyian Yang gelegen pun dapat memunculkan respon bersyarat (CR). Penelitian yang menggunakan respon kulit galvanis (RKG) menggambarkan generalisasi tersebut. RKG Adalah Kegiatan Elektris Kulit Yang Mudah Terjadi Selama Stress emosional. Kasus-kasus phobia bukan objek yang menimbulkan ktakutan (CR) tetapi rasa takut itu sendenirilah yang menjadi CR. 6. Aplikasi Pengkondisian KLasikal 160Proses pengkondisianischen klasik pada manusia dapat kita tinjau melalui respon emosional yang terkondisi terhadap stimulus tertentu. Raut Wajah, pemandangan atau suara dapat Menjadi CS bagi respon emosional.160 7. Variabel-Variabel Non - Pengkondisian 160Para peneliti Telah mengidentifikasikan sejumlah Variable Yang memiliki pengaruh terhadap munculnya kondisi Yang mirip dengan pengkondisian klasikal, yaitu: a. Antworten Sie Alpha 160Respon yang muncul karena adanya respon orientasi (apa yang diinginkan). Antwort: Respon Alpha. Kuliah 160 Respon Orientasi. Lulus 160Seseorang kuliah dan belajar Agar bisa lulus. B. Habituasi (kebiasaan) 160CS sudah terbiasa als berulang-ulang, biasanya bersifat negativ tetapi dapat disembuhkan. Contoh. Latah, bersendawa, menggigit-gigit kuku. C. Sensitisasi 160Stimulus Yang Dipakai Disimpan als muncul kembali karena Habituasi. CS dan UCS Yang mengikutiproses Habituasi. Contoh. Putus cinta lalu teringat kembali karena mendengar lagu ketika sewaktu berdua. D. Pengkondisianischer Palsu 160CS dan UCS disajikan secara berulang-ulang tetapi dengan cara yang berbeda. Contoh. Terkpaang tanpa disadari kita melakukan sesuatu secara terpaksa. D. h. Hambatan Laten 160Suatu kondisi adanya hambatan Yang dihasilkan oleh Habituasi Contoh: orang yang mengalami kesusahan berusaha untuk memperbaikinya dan mungkin untuk Lebih Behati-hati. F. Sensorische Vorkonditionierung 160CS dipadukan secara bersama-sama adalah tidak berpisah kepada yang akan distimulus. Pemadaman (Aussterben) dan Pemulihan Spontan (spontane Genesung) - Pemadaman. Menghentikan pemberian Verstärkung. - Pemulihan spontan. Mitgliedschaft kembali Verstärkung setelah pemadaman. Bila subjek diberi Anregung yang berbeda dari CS Yang asli, ada 3 kemungkinan respon yang akan dilakikan subjek: 1. Membran CR CR dari CS Yang asli. 2. membuat CR kurang kuat. Dibandingkan dengan CR dari CS yang asli. 3. tidak sama dengan CR Keterangan: 1 dan 2: generalisasi 3: diskriminasi generalisasi dibagi 3: 1. Stimulus-Primer. ........................................................, 2. Stimulus sekunder. Berdasarkan generalisasi 2 anregung secara fisik. 3. respon. Melakukan, perbandingan, adalah, persamaan, respon, terhadap, Stimulus, Yang, Sama. Diskriminasi. Suatu kondisi apabila subjek Hanya Melakukan CR Karena Dikenai CS Yang und Tidak Melakukan CR bila Dikenai CS Yang Lain. Pengukuran Pengkondisian Respon 1. Amplitudo dari respon (Amplitude der Antwort) - perbedaan besarnya kekuatan respon sebelum penkondisian untuk semua trial. - Stimulus juga harus baik - Größe der respon hanya untuk Versuch tertentu. 2. Frekuensi dari Antwort 160- kehadiran atau ketidakhadiran CR selama pemberian Cs. 3. Latensi dari Respon 160-Stimulus als Antwort dapat muncul bersama - asumsi. Lebih pendek waktu yang dibutuhkan berarti lebih kuat CR tersebut. 4. Ketahanan dan Pemadaman - jumlah usaha atau Versuch untuk melakukan Pemadaman terhadap CR - seberapa lama kekuatan respo dapat bertahan. 8. Efek Dari penguatan sebagian 160penguatan sebagian (partielle Verstärkung) adalah prosedür akuisisi atau pembentukan perilaku (CR) Yang sama CS diberikan Pada setiap Studie sedangkan UCS Yang dipadukan dengan CS hanya diberikan Pada beberapa Studie tertentu. Sedangkan pada penguatan terus-menerus (kontinuierliche Verstärkung) atau penguatan 100 persen, pembentukan perilaku (CR) dilakukan dengan pemberian pasangan CS-UCS pada setiap trial. 9. Pengkondisian Gabungan 160Pavlov menyebut pengkondisian Gabungan ini dengan Kumpulan Reiz (Stimulus Aggregat), peneliti berikutnya merubahnya dengan pengkondisian Gabungan (Verbindung Anlage), dimana subjek dikenal Lebih Dari 1 CS Yang dipasangkan dengan UCS. 160Terdapat 2 bentuk pengkondisian Gabungan yaitu pengkondisian Gabungan serentak (gleichzeitige Verbindung Anlage) subjek dikenai Lebih Dari 1 CS dalam Waktu Yang Sama, sedangkan pengkondisian Gabungan Berseri (serielle Verbindung Anlage) subjek dikenai Lebih Dari 1 CS dalam Waktu Yang berbeda. PENGERTIAN klassische Konditionierung 1. Pengkondisian Klasikal Klassische Konditionierung atau pengkondisian klasik disebutkan bahwa pada tingkah laku responden bisa dilihat bahwa Stimulus yang sama Akan menimbulkan respons yang sama pada semua organisme dan spesies yang sama, serta tingkah laku responden biasanya menyertakan refleks-refleks yang melibatkan sistem saraf Otonom. Bagaimanapun, tingkah laku antworten yang tarafnya lebih tinggi dimiliki oleh einzeln melalui belajar dan bisa dikondisikan. Orang pertama yang menemukan bahwa tingkah laku antworten itu bisa dikondisikan tidak lain adalah Iwan Pawlow, ahli fisiologi Rusia. Percobaannya menggunakan sehenkor anjing sebagai subjeknya. Mula-Mula oleh Pavlov anjing percobaan itu diikat dan dioperasi Pada bagian rahangnya sedemikian rupa untuk dipasangi alat pengukur, sehingga nantinya Luft liur Yang keluar bisa ditampung dan diukur banyaknya. Selanjutnya anjing perkobaan ini ditaruh pada suatu tempat yang nantinya akan mengeluarkan makanan. Makanan ini akan keluar kehadapan anjing perkoban setiap Pavlov menekan tombol. Kemudian, setiap menghadapi makanan, anjing perkoban akan mengeluarkan Luft liurnya yang bisa diketahui dengan alat pengukur. Keluarnya luft liur dari mulut anjing setelah melihat makanisch ini disebut respons tak berkondisi (unconditionied response), sedangkan makanan ini sendiri disebut stimulus tak berkondisi (unbedingter Stimulus). Pada tahap percobaan berikutnya Pavlov mengeluarkan makanan dengan terlebih dahulu Membrankan bel. Jadi, setiap bel dibunyikan anu akan menerima makanan, dan dari mulutnya akan keluar Luft liur. Setelah pemberian makanan, dengan, didahului, bunyi, beli, akan, dilakukan, berkali-kali, Pavlov, menemukan, bahwa, anjing, percobaannya, telah, mengeluarkan, Luft, liur, begitu, mendengar, bunyi, bel. Kemudian pada tahap terakhir, Pavlov menghentikan pemberian makanan, als anjing percobaannya hanya menerima bunyi bel. Dan ternyata, meski hanya menerima bunyi bel tanpa menerima makanan, anjing perkobanischen tetap mengeluarkan Luft liurnya. Oleh Pavlov Luft liur Yang keluar Dari mulut anjing percobaan karena menerima Bunyi bel ini disebut respons berkondisi (konditionierte Reaktion), sedangkan Bunyi belnya disebut Stimulus berkondisi (bedingten Reiz). Bagaimanapun pemberian bunyi bel saja tanpa makanan es ist lambat laun menyebabkan anjing perkobaan menghentikan responsnya. Keadaan ini disebut penghapusan Antwort (Aussterben). Dari percobaan ini Pavlov menyimpulkan bahwa Antworten atau tingkah laku organisme bisa dikondisikan, dan organisme bisa memiliki Antwort tertentu (tingkah laku responden) melalui belajar atau latihan. Percobaan lain yang terkenal mengenai pengkondisianischen klasik adalah percobaan yang dilakukan oleh Watson dan Rayner pada tahun 1920. ia melukiskan fenomena pengondisian klasik pada manusia. Watson dan koleganya mengondisikan Antworten ketakutan pada seorang anak berusien 11 bulan yang bernama Albert. Pada awal percobaannya, Watson telah memastikan bahwa Albert tidak menunjukkan rasa tauschen terhadap sejumlah Reiz tertentu, sperti kapas, topeng, dan monyet. Watson kemudian menghadirkan seekor tikus putih (Stimulus berkondisi) bersama-Sama dengan suasana mengejutkan (Stimulus tak berkondisi) Yang dihasilkan melalui pemukulan palu Pada sebatang besi tepat dibelakang Albert. Prosedur ini dilakukannya berturut-turut sebanyak tujuh kali, dän Albert akan menangis setiap menghadapinya. Pada tahap Berikutnya, Tikus Putih itu dihadirkan tanpa disertai suara yang mengejutkan. Dan ternyata dengan hanya melihat tikus, Albert menangis ketakutan (respon berkondisi). Pada tahap-tahap selanjutnya Albert menggeneralisasikan respons ketakutan terhadap Stimulus-Stimulus Yang gelegen tadinya tidak ia takuti meliputi anjing, mantel bulu, topeng, dan bahkan Rambut peneliti. Percobaan Yang nampaknya kejam ini telah menunjukkan, bagaiman Antwort-Ketakutan serupa diperoleh melalui pengkondisianischen klasik. 2. Pengkondisian Operan Operant Konditionierung merupakan proses mempelajari sesuatu yang menyebabkan tercapainya tujuan tertentu, penelitian operant Konditionierung dimulai pada abad 19 dengan sejumlah eksperimen oleh E. I. Thorndike. Namun penelitianischen pengkondisianischen Skinner lebih sederhana dan lebih diterima secara luas. Teori Skinner menyatakan bahwa setiap kali memperoleh Anregung maka seseorang akan Mitgliedschaftsantrag berdasarkan hubungan Stimulus Respon (S-R). Skinner membedakan adanya dua macam respon, yaitu: ein. Respondent response (reflexive Antwort), ayitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, als respon-respon tersebut secara relatif tetap. Singkatnya tingkah laku responden adalah suatu Antwort yang spesifik yang ditimbulkan oleh Stimulus yang dikenal, dan Stimulus itu selalu mendahului Antwort. Misalnya, menyempitkan Schüler mata untuk mengurangi Anregung cahaya, makanan yang menimbulkan Luft liur, dan menggigil karena kedinginan. Kesemuanya esu terjadi dengan sendirinya atau spontan. Dan perangsang-perangsang tersebut mendahului respon yang ditimbulkan. B. Operan Antwort (Instrumental Antwort), yaitu respon yang timbul dan cerkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Dan perangsang-perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan organisme. Perangang tersebut mengikuti sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Beantworten yang diberikan dapat sesuai (benar) atau tidak sesuai (salah) dengan apa yang diharapkan. Respon yang benar perlu diberi Penguatan (Bewehrung) Agar orang terdorong untuk ingin melakukannya kembali. Perbedaan antara Klassische Konditionierung dengan Operant Konditionierung terletak pada halb-halber berikut: 1. Dalam klassische Konditionierung respon dikontrol oleh pihak luar, pihak inilah yang menentukan kapan dan apa yang akan diberikan sebagai stimulus. Sebaliknya operant Konditionierung mengatakan bahwa pihak luar yang harus menanti adanya respon yang diharapkan benar. Jika Antwort semacam ini terlihat maka dapat diberikan penguatan. Disini dibicarakan tentang tingkah laku operan atau operan Verhalten. 2. Klassische Aufbereitung pada umumnya memusatkan tingkah laku terjadi apabila ada Anregung khusus dan tidak peduli apakah perilaku manusia atau hewan memilki konsekuensi tertentu atau tidak. Sedangkan dalam Operant Konditionierung tingkah laku hanya menerangkan untuk sebagian kecil dari semua kegiatan. Operant Konditionierung memusatkan tingkah laku dengan konsekuen, yaitu konsekuen yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah laku. Jadi konsekuen yang menyenangkan akan mengubah tingkah laku. Sedangkan konsekuen yang tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku. 3. Klassische Konditionierung mengatakan bahwa stimulus yang tidak terkontrol mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu sendirilah yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai Verstärkung. Di dalam Operant Konditionierung responlah yang merupakan sumber Verstärkung. Adanya respon menyebabkan seseorang memperoleh penguatan. Dan hal ini menyebabkan respon tersebut cenderung untuk diulang-ulang. Perilaku akan semakin Samen atau semakin jarang muncul tergantung pada konsekuensi Yang mengikutinya. Betreiber merupakan tingkah laku yang ditimbulkan oleh organisme itu sendiri. Operierende belum tentu didahului oleh stimulus dari luar. Operan Konditionierung dikatakan telah terbentuk bila dalam frekuensi terjadi tingkah laku operan yang bertambah atau bila timbul tingkah laku operan yang tidak tampak sebelumnya. Percobaan Skinner berikut dengan menggunakan tikus akan lebih menjelaskan. Dalam eksperimen Skinner, Seekor tikus lapar ditempatkan dalam kotak disebut kotak Skinner. Di dalam kotak tidak terdapat apa-apa kecuali sebuah tuas yang menonjol dengan piring makanan von bawahnya. Tikus yang berada sendirian di dalam kotak bergerak kesana kemari sambil mengeksplorasi. Kadang-kadang ia mengamati tuas dan menekannya. Peneliti memasang wadah di luar kotak. Tiap kali tikus menekan tuas, Pfirsich makanan kecil masuk kepiring. Tikus memakan pelet makanischen itu dan segera menekan tuas lagi. Makanan memperkuat (verstärker) penekan tuas, dan kecepatan penekanan tuas meningkat secara drastis. Jika wadah makanischen Dilepas sehingga tindakan menekan tuas tidak lagi menghasilkan pelet makanan, kecepatan menekan tuas akan menurun. Dengan demikian respon operant Konditionierung mengalami pemadaman jika tidak terdapat penguatan. Jadi, operante Konditionierung meningkatkan kemungkinan respon dengan mengikuti perilaku dengan Verstärker. Tingkat respon organisme sangat berguna untuk mengukur kekuatan operan, semakin sering antworten terjadi selama intervall waktu tertentu, semakin besar kekuatannya. Operan Konditionierung banyak menjelaskan kepada kita terkait cara membesarkan anak. Penerapan pengkondisianischen operan dalam membesarkan anak berfokus pada hubungan antara suatu respon dengan penguatnya.


No comments:

Post a Comment